Demi Allah, dunia ini dibanding akhirat ibarat seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut, dan air yang tersisa di jarinya ketika diangkat, itulah nilai dunia (HR Muslim)

Kamis, 29 Juli 2010

Saat iman mulai lunglai, saat nafas-nafas nurani mulai tersengal meniti jalanNya, saat pencarian mutiara di dasar hati mulai terasa sia-sia, maka ingatlah "....Dialah (Allah) yg memperkuatmu dengan pertolonganNya dan dengan para mukmin." (QS. Al-Anfal:62) dan ingat pula "Sesungguhnya kita ini kuat dengan bantuan Allah, dan tidak akan pernah lemah selamanya karena pertolongan Allah.

Kita ini mulia karena Allah dan tidak akan hina selamanya karena Allah. Kaya karena Allah dan tidak akan fakir selamanya karena Allah. Kami ingin mengajarkan umat dengan sikap yang baru yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Kami ingin membina umat dengan akhlak Islam dan menuntun mereka dengan pola hidup Islam, agar umat bisa berjalan di belakang pemimpinnya yang paling agung, pemimpin yang paling mulia, Muhammad saw.." Untaian kata Ustadz Hasan Al-Banna.

Ku baca lalu ku maknai kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga rintik-rintik air bening menghiasi pelupuk mata, menilai diri dan menyadari bahwa aku masih sering menyerah di tengah komitmen aku harus berbuat..
Duhai Allah, kerdilnya diri ini di hadapanMu.

Wahai diri ingatlah bahwa hidup tak mengenal siaran tunda, pencarian hidup seorang mukmin adalah menuju Allah.. Mencari ridhaNya. "Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan."(QS.Al-Insyirah:5-6)
"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat...." (QS.Al-Baqarah:45)

Wahai jiwa jangan bunuh benih-benih harap yang hadir, jangan mundur dari pentas realita hanya karena tak indah seperti keinginan, Istiqomahlah meski tak mudah. Sungguh janji Allah adalah sebuah kepastian..

Senin, 26 Juli 2010

Antara Aku Dan Tuhanku

ALLAAHU RABBI...

Aku masih ingat ketika aku baru pertama mengenalMu
Begitu murni semangat dalam nadiku
Kukhatamkan berpuluh buku, demi ingin dekat kepadaMu
Kusambangi majelis ilmu, demi mengharap haribaanMu
Kurangkai dengan rapi, tiap untai kata ustadz-uztadzku


Lalu kugenggam, kupancangkan dalam tiap hembusan nafas dan tiap aliran darahku.
Bersemayam bersama iman dan idealisme yang semakin mengawang di awan kebenaran.


Tapi Rabbi,
Semakin aku berdiri, mencintaiMu penuh harap.
MencintaiMu dengan cinta semisal malaikatMu.
Mencoba mencintai dengan segenap kepasrahan hatiku.
Mendamba menggapai cinta tertinggiMu.


Aku rasakan gelisah dalam hatiku
Tak jua ‘ku menemukan cinta setinggi itu.
Aku semakin gelisah, harapanku mengawang tinggi, namun kakiku lunglai menjejak bumi.
Hingga kudapati tubuhku bersembunyi, dalam hempas pasrah jurang kebingungan.


Wahai Rabbi,
Dalam kepungan pekat, aku mencoba mengais jalan kembali.
Merangkak, menghiba Rahmat dan HidayahMu.
Mencari tubuhku yang terhempas membiru.
Mencoba menegakkan segenap tulang, daging dan urat nadiku.


Wahai Rabbi,
Aku menghiba dan memohon kepadaMu:
Izinkan aku mencintaiMu semampuku, dengan segala kelemahanku.


Allahu Rabbi,
Aku tak sanggup mencintaiMu dengan kesabaran akan penderitaanku.
Semisal Ayyub yang sabar menghadapi rahmat sakitMu, semisal Yusuf yang rela dipenjara demi cintaMu.
Maka, izinkan aku mencintaiMu, lewat keluh kesah dan pengharapanku,
lewat tangis dan pengaduanku padaMu, atas sakit dan ketakutanku.


Allahu Rabbi,
Aku tak sanggup mencintaiMu dengan keikhlasan dan kerelaanku.
Semisal Abu Bakar yang menyedekahkan seluruh harta, dan hanya meninggalkan Engkau dan NabiMu bagi keluarganya.
Semisal Khadijah yang tulus mendukung nabiMu tanpa benci kehilangan perniagaan titipanMu.

Maka, izinkan aku mencintaiMu, lewat seratus dua ratus pemberianku,
pada tangan-tangan kecil yang terulur padaku, pada tubuh-tubuh renta
yang menadahkan tangan di pinggir jalan, pada lengan-lengan kurus yang berdiri kaku di pojok jembatan, pada sedikit makanan pada tetangga seberang jalan.


Allahu Rabbi,
Aku tak sanggup mencintaiMu dengan kekhusyukan shalatku.
Semisal sahabat nabiMu yang tiada terasa panah menembus tubuhnya, yang tiada merasa masjid runtuh di dekatnya.
Maka, izinkan aku mencintaiMu lewat shalatku yang kudirikan terbata-bata, hingga sering lepas ingatan pada masalah dunia.


Allahu Rabbi,
Aku tak sanggup mencintaiMu dengan dengan ingatan yang selalu memujaMu.
Semisal para rahib dan sufi, yang menghadirkan seluruh malamnya untuk bercinta dan bercerita kepadaMu.
Maka, izinkan aku mencintaiMu, lewat satu-dua rakaat lailku, lewat satu-dua sunah nafilahku, lewat desah kepasrahan tidurku.


Allahu Rabbi,
Aku tak sanggup mencintaiMu dengan mengingat penuh seluruh kalamMu.
Semisal hafidz dan hafidzah yang mampu menuntaskan kalamMu dalam satu putaran malam.
Maka, izinkan aku mencintaiMu, lewat selembar-dua lembar tilawah harianku, lewat lantunan seayat-dua ayat hafalanku.


Allahu Rabbi,
Aku tak sanggup mencintaiMu lewat teguhnya keimananku.
Semisal para syuhada yang menjual jiwanya demi jannahMu, semisal
nabi-nabiMu yang menghabiskan usia dalam keteguhan jalan dakwahMu.
Maka, izinkan aku mencintaiMu, dengan keterbatasan dakwahku,
dengan sedikit bakti dan pengorbananku, dengan sedikit waktu demi
tumbuhnya generasi baru.


Allahu Rabbi,
Aku tak sanggup mencintaiMu di atas segalanya hidupku.
Semisal Ibrahim yang rela kehilangan putra semata wayangnya, demi taat dan patuh pada perintahmu.
Maka, izinkan aku mencintaiMu dalam segalanya, dengan mencintai
keluargaku, dengan mencintai sahabat-sahabatku, dengan mencintai
seluruh makhlukMu.


Allahu Rabbi,
Izinkan aku mencintaiMu semampuku, agar cinta ini tulus dalam
hidupku, agar cinta ini mengalun dalam jiwaku, agar cinta ini mengalir di sepanjang nadiku, atas segala keterbatasanku.


Allahu Rabbi,
Izinkan aku mencintainya karena mencintaiMu, karena kecintaanku pada kalamMu.

Kamis, 15 Juli 2010

Mengenang Lelaki Tua Yang Penuh Jasa Dalam Kehidupanku

Ayah, kau telah kukafani dengan kain kafan yang bagus…
Masihkah kau memakai kafan itu ?

Ayah, aku telah meletakkan tubuhmu yang segar bugar dalam kubur…
Masih bugarkah tubuhmu hari ini ?

Ayah, orang alim mengatakan bahwa semua hamba besok ditanya tentang imannya, diantaranya ada yang bisa menjawab tetapi ada juga yang Cuma membisu….
Apakah ayah bisa menjawab atau hanya membisu ?

Ayah katanya kubur itu bisa dibuat menjadi luas atau sempit….
Bertambah luas ( taman kecil surga ) atau menjadi sebuah lubang dari lubang nereka
Bagaimana kubur ayah sekarang Taman surga ataukah lubang neraka ?

Ayah, katanya liang kubur itu biasa menghangati seperti pelukan ibu kepada anaknya, tetapi bisa juga merupakan lilitan erat yang meremukkan tulang-tulang…
Bagaimana tubuh ayah sekarang ?

Ayah orang shaleh mengatakan, orang dikebumikan itu ada yang menyesal mengapa dulu semasa hidupnya tak memperbanyak amal bagus, justru menjadi pendurhaka dan banyak melakukan maksiat…
Ayah yang ingin kutanya, apakah engkau termasuk orang yang menyesal karena perbuatan maksiat atau menyesal karena sedikit melakukan amal kebagusan ?

Ayah, ku rindu dengan prinsip dan pandangan hidupmu. Semua yang telah kau berikan tentang disiplin, harga diri, kejujuran sangatlah berguna dalam kehidupanku. Masih teringat kita sering diskusi hingga larut malam walau kadang ada beda pendapat. Ku sebagai anak, belum banyak membalas kasih dan jasamu, hanya Do'a yang teriring dalam sujudku.

Ayah, dulu setiap aku memanggilmu engkau selalu menjawab tetapi kini engkau kupanggil-panggil tak lagi mau menjawabku. Kini engkau telah berpisah denganku dan tak akan berjumpa sampai hari Qiamat.

Semoga ALLAH SWT tak menghalangi perjumpaanku denganmu.


LANGKAH BARU :

Waktu terus berganti, semua telah ku lewati, perjalanan yang panjang seolah tiada berakhir, tinggalkan semua memori serta cerita masa lalu saat bersamamu... Seribu Ma'afku lepaskan bayangmu, demi jejakkan langkah baru dalam kehidupanku.


Hidup adalah permainan, tapi jangan pernah mau jadi mainan untuk kehidupan,
Hidup adalah sandiwara, tapi jangan jalani hidup ini dengan sandiwara,
Hidup adalah perjuangan, maka perjuangkanlah kehidupan ini, karna dia memang layak diperjuangkan.
Sebab dalam kehidupan terdapat sesuatu yang sangat istimewa yaitu Cinta.
Dan yang lebih istimewa bagiku adalah karena cinta itu kudapati dari dirimu, Ayah... Selamat jalan...

Good bye My Father.. I LOVE YOU & I MISS YOU... Forever.